Final Destination Bloodlines (2025): Firasat Maut, Kutukan Keturunan

Table of Contents

Siap-siap untuk kembali merasakan ketegangan takdir yang kejam! Franchise horor ikonik, Final Destination, kembali menghantui layar lebar dengan installment terbaru: Final Destination Bloodlines (2025). Kali ini, Maut tak hanya mengincar mereka yang lolos dari bencana, tetapi juga keturunan mereka yang tak seharusnya pernah ada. Sebuah firasat mengerikan yang diwariskan lintas generasi menjadi awal dari pertarungan epik melawan takdir yang tak terhindarkan.

Awal Mula Kutukan: Tragedi Skyview 1969

Kisah Final Destination Bloodlines membawa kita jauh ke masa lalu, tepatnya tahun 1969. Di tengah kemewahan restoran Skyview yang menjulang tinggi, sepasang kekasih, Paul (Max Lloyd-Jones) dan Iris (Brec Bassinger), sedang menikmati kencan romantis. Namun, firasat buruk mulai menghantui Iris, seorang wanita hamil yang takut ketinggian. Serangkaian insiden kecil yang tampak tak berarti – mulai dari hentakan kaki anak kecil di lantai kaca, tutup botol anggur yang merusak lampu kristal, hingga koin yang memicu kebocoran gas – secara perlahan merajut jaring malapetaka.

Malam yang seharusnya menjadi momen lamaran paling membahagiakan bagi Iris dan Paul, berubah menjadi horor tak terlukiskan. Lantai kaca tempat mereka berdansa tiba-tiba retak, menelan banyak nyawa termasuk Paul. Ledakan gas kemudian menyusul, mengubah Skyview menjadi neraka. Di tengah kepanikan, Iris berjuang mati-matian untuk menyelamatkan diri, bahkan sempat berusaha menolong putra seorang penyanyi. Namun, Maut tak memberinya ampun. Dalam adegan yang brutal, Iris tewas tertusuk pecahan kaca besar yang menembus mulutnya. Inilah awal mula kutukan yang akan menghantui keturunannya.

Firasat yang Terwariskan: Stefani Reyes dan Pencariannya

Puluhan tahun kemudian, di masa kini, kengerian Skyview kembali bangkit dalam mimpi buruk Stefani Reyes (Kaitlyn Santa Juana). Ia berulang kali menyaksikan tragedi itu seolah-olah mengalaminya sendiri. Stefani akhirnya menyadari bahwa firasat ini bukan miliknya, melainkan warisan dari neneknya, Iris, yang selama ini terasing. Dorongan untuk mencari jawaban membawanya pulang, tempat ia menghadapi keluarganya yang berantakan: ayahnya, Marty, yang menyimpan dendam terhadap Iris, dan adiknya, Charlie, yang merasa diabaikan.

Dalam upayanya memahami misteri ini, Stefani mencoba berbicara dengan paman dan bibinya. Pamannya, Howard, menolak keras, menyalahkan paranoia Iris yang dianggapnya telah menghancurkan keluarga. Namun, bibinya, Brenda, diam-diam memberikan Stefani sebuah kotak berisi surat-surat dari Iris. Surat-surat itu mengungkap kebenaran yang mengejutkan: peringatan tentang kekuatan misterius yang disebut Sang Maut, yang kini kembali mencari mereka.

Mengenal Kembali Maut: Iris dan Rahasia Kelam

Berbekal petunjuk dari surat-surat itu, Stefani berhasil melacak Iris (kini diperankan oleh Gabrielle Rose), neneknya yang kini sekarat akibat kanker dan hidup terisolasi selama puluhan tahun. Di sana, Iris mengungkap kebenaran yang mengubah segalanya: ia sebenarnya berhasil mencegah bencana Skyview di tahun 1969, menyelamatkan semua orang yang seharusnya tewas. Namun, tindakan itu tidak mengalahkan Maut. Sebaliknya, Maut menghabiskan puluhan tahun memburu para penyintas asli satu per satu.

Setelah daftar penyintas asli habis, Maut kini beralih kepada target berikutnya: keturunan Iris. Mereka semua adalah "anomali" yang seharusnya tidak pernah ada. Iris menunjukkan buku catatannya yang penuh riset tentang Maut, termasuk referensi ke kejadian-kejadian mengerikan dari film Final Destination sebelumnya (Flight 180, Route 23). Saat Stefani yang terkejut mencoba melarikan diri, Iris yang putus asa pasrah pada takdir. Maut tak menunggu lama, sebuah tabung pemadam api meledak dan meluncurkan baling-baling yang secara brutal menembus kepala Iris. Pesan terakhirnya kepada Stefani: "Lawanlah!"

Daftar Kematian Berdarah: Ketika Takdir Menjemput

Setelah kematian tragis Iris, Darlene (Rya Kihlstedt), ibu Stefani yang telah lama menghilang, muncul di pemakaman. Namun, suasana duka tak berlangsung lama. Di acara barbeku keluarga, Maut mulai menampakkan dirinya dengan serangkaian "kecelakaan" yang tak masuk akal. Stefani, yang kini memahami pola Maut dari buku catatan Iris, bergegas memperingatkan keluarganya. Sayangnya, ia terlambat. Dalam urutan kejadian yang rumit dan brutal—melibatkan trampolin yang sobek, pecahan kaca, dan selang air—Howard (Alex Zahara) tewas secara mengenaskan akibat mesin pemotong rumput yang meluncur tepat ke wajahnya.

Kematian Howard yang mengerikan meyakinkan keluarga tentang kebenaran kata-kata Stefani. Ia mengungkap "Daftar Kematian" Sang Maut yang menargetkan keturunan Iris secara spesifik: Howard, Erik, Bobby, Julia, Darlene, Stefani, dan Charlie. Malam itu, Maut hampir menjemput Erik (Richard Harmon) di tempat kerjanya. Meski Erik berhasil selamat, takdir Maut tak bisa dihindari. Sepupunya, Julia (Anna Lore), menjadi korban berikutnya, tewas mengenaskan setelah terlempar ke dalam truk sampah dan diremukkan oleh mesin pemadat.

Melawan Takdir: Upaya Putus Asa

Keluarga mulai menyadari pola janggal: Maut melompati Erik dalam daftar. Brenda mengungkap fakta mengejutkan bahwa Erik bukanlah anak kandung Howard, menjelaskan mengapa Maut melewatkannya. Berbekal petunjuk dari buku catatan Iris, mereka mencari seseorang berinisial "JB". Mereka menemukan "JB" sebagai William John Bludworth (Tony Todd), sosok legendaris dari waralaba Final Destination, putra dari penyanyi yang dulu diselamatkan Iris. Bludworth, yang kini juga sekarat karena kanker, menjelaskan aturan Maut: untuk mengalahkan takdir, seseorang harus mengambil nyawa orang lain untuk "mencuri" sisa hidup mereka, atau mengalami kematian dan dihidupkan kembali.

Erik dan Bobby (Owen Patrick Joyner) yang putus asa, memilih opsi kedua. Dalam sebuah adegan yang penuh ketegangan di ruang MRI, Erik memicu alergi kacang Bobby yang mematikan, berharap Bobby dapat dihidupkan kembali. Namun, Maut memiliki cara yang lebih kejam. Mesin MRI yang aktif menarik semua tindikan Erik, mencabik-cabik tubuhnya hingga hancur. Sementara itu, Bobby yang sekarat berhasil menyuntikkan EpiPen, namun takdirnya tetap tak terhindarkan. Sebuah koil dari mesin penjual otomatis yang rusak melayang dan menembus tengkoraknya, mengakhiri hidupnya dengan tragis.

Akhir yang Tak Terhindarkan?

Dengan hanya tiga anggota keluarga tersisa – Darlene, Stefani, dan Charlie – keputusasaan mencapai puncaknya. Darlene memutuskan untuk mengorbankan diri, mengunci dirinya di kompleks Iris, berharap menghentikan Maut dan menyelamatkan anak-anaknya. Namun, takdir kejam Maut tak bisa dinegosiasi. Saat mereka mencoba menerobos gerbang, sebuah lampu yang rusak memicu ledakan dahsyat. Darlene tewas tertimpa tiang lampu dalam upaya terakhirnya menyelamatkan Charlie. Stefani sempat tenggelam di dalam RV, namun berhasil diselamatkan Charlie. Dalam pelukan mereka, sejenak terbersit harapan bahwa Maut telah kalah.

Namun, Maut tak pernah benar-benar kalah. Beberapa hari kemudian, saat Stefani mengantar Charlie ke pesta prom, sebuah koin dari tragedi Skyview kembali muncul sebagai pertanda. Sebuah kereta api tergelincir dari relnya dan meluncur ke arah mereka. Meskipun Stefani dan Charlie berhasil menghindar dari tabrakan langsung, takdir Maut menemukan cara lain. Keduanya akhirnya tewas tertimpa batang-batang kayu yang jatuh dari kereta yang hancur.

Film berakhir dengan guliran kredit yang menampilkan kliping koran, merinci satu per satu kematian semua penyintas Skyview dan kemudian seluruh keturunan mereka, termasuk obituari Stefani dan Charlie. Final Destination Bloodlines dengan brutal mengingatkan kita: ketika Maut datang mengetuk, tidak ada tempat untuk bersembunyi, bahkan jika kamu adalah "garis darah" yang seharusnya tak pernah ada.

 



Info Film:
Tahun Rilis: 2025

Posting Komentar